Friday, April 8, 2011
Warisan Kebesaran Kerajaan Majapahit di Situs Trowulan
SAATNYA Anda membangkitkan imajinasi tentang kehidupan sebuah kerajaan terbesar di Indonesia lebih dari 700 tahun lalu. Ini adalah tempat di mana Anda dapat mengenang kebesarannya dan tidak lagi menganggap bahwa kita hanya tahu dari buku sejarah atau pelajaran saat sekolah dahulu.
Ya, inilah situs Kerajaan Majapahit dari masa abad 13-15 M yang berlokasi di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Trowulan adalah satu-satunya situs kota di Indonesia yang luasnya mencapai 99 km persegi dan menyimpan ratusan ribu peninggalan arkeologis, baik yang sudah ditemukan maupun yang masih terkubur.
Berwisata ke tempat ini bukan sekadar liburan, karena Anda juga bisa menapaki sejarah besar dari sebuah kerajaan yang menjadi inspirasi bangsa Indonesia tentang "Persatuan Nusantara". Selain itu, Anda akan mengetahui bagaimana tingkat peradaban di Trowulan di masa Majapahit, mulai dari sistem pemerintahan, perdagangan, hubungan luar negeri, teknologi, arsitektur, pertanian, hingga seni kerajinan.
Kerajaan Majapahit berdiri 1293 M setelah runtuhnya Kerajaan Singosari. Didirikan oleh Raden Wijaya, Kerajaan Majapahit awalnya berpusat di daerah hutan Tarik yang banyak ditanami pohon maja, cikal bakal nama Majapahit.
Raden Wijaya sendiri adalah menantu Raja Singosari yaitu Kertanegara dari garis keturunan Ken Arok, pendiri Kerajaan Singosari. Dia menjadi raja pertama Majapahit hingga 1309 M.
Kebesaran Majapahit mencapai puncak keemasan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada yang mengikrarkan Sumpah Palapa untuk mempersatukan Nusantara. Majapahit berhasil merangkai jejaring perniagaan lokal dan regional dengan komoditi beras dan hasil bumi yang ditukar dengan rempah-rempah, keramik, dan tekstil. Mata uang yang digunakan adalah uang gobog dan uang ma dari emas atau perak. Uniknya, mata uang China dari Dinasti Tang, Song, Ming, dan Qing berlaku juga di Majapahit.
Dalam kehidupan beragama terjadi penyatuan agama Siwa dengan Budha, selain berkembang agama Karesian dan Islam. Hal ini menunjukan Majapahit merupakan negara multikultur dan masyarakatnya hidup damai dengan berbagai aliran kepercayaan. Majapahit mengalami pasang surut akibat perebutan tahta di kalangan keluarga raja hingga akhirnya mengalami keruntuhanya pada abad ke-15 M.
Bangunan keraton Majapahit diperkirakan seperti rumah bertingkat dengan atap dari kayu tipis, tembok dari bata, lantainya dari anyaman tikar pandan atau rotan. Sementara, rumah penduduk umumnya dari atap jerami. Situs-situs di Trowulan telah dipugar untuk menjaga keindahannya.
Situs Trowulan ini ramai pengunjung terutama pada Sabtu-Minggu dan masa liburan sekolah; rata-rata 50 orang pada hari biasa dan 170 orang pada hari libur.
Situs Trowulan sendiri pertama kali muncul dalam literatur berjudul “History of Java I” yang ditulis Sir Stamford Raffles pada 1817. Raffles mengatakan bahwa nama Trowulan berasal dari Trang Wulan atau Terang Bulan. Saat ditemukan, seluruh situs ini tertutup hutan jati yang cukup lebat, sehingga dia tidak terlihat sebagai sebuah kota klasik.
Situs kota kota klasik Trowulan dibagi beberapa segmen yang memperlihatkan perannya di masa lalu. Dibangun dengan pola ruang kanal air diduga ada hubungannya dengan konsep mandala yang digunakan sebagai acuan dan dasar pembagian kosmologis kota ini.
Kolam Segaran membuktikan hal tersebut tak ubahnya telaga di tengah kota. Berdasarkan sketsa rekonstruksi Kota Majapahit dan foto udara memperlihatkan kota lama ini memiliki sistem kanal pengairan untuk drainase dan pasokan air yang dibuat dalam garis lurus memanjang barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya.
Label:
Travelling
0 komentar:
Post a Comment