Monday, April 11, 2011

Tanggung Jawab Etika

Intervensi militer demi membebaskan rakyat Libya dari aksi brutal diktator Khadafi oleh AS dan para sekutunya dapat dipahami sebagai sebuah tanggung jawab etik.

Yang dimaksud dengan Etika di sini adalah kualitas baik atau buruknya manusia di dalam melakukan suatu tindakan.

Itu berarti apa yang dilakukan Khadafi terhadap rakyatnya dalam standar etik Barat adalah salah dan memiliki kualitas yang buruk dan apa yang dilakukan AS dan para sekutunya adalah baik karena berniat menyelamatkan rakyat Libya dari aksi brutal diktator Khadafi.

Dari Etika ke Politik

Fondasi yang membentuk pemikiran untuk melakukan suatu intervensi militer demi kemanusiaan sesungguhnya bersandar pada warisan pemikiran filosofis Emmanuel Levinas tentang etika. Klaim dasar etika Levinasian adalah tentang the self (diri) yang memiliki tanggung jawab terhadap the other (pihak lain).

Dalam karyanya Of God Who Comes to Mind, Levinas (1998) mengatakan, “etika adalah filsafat pertama”. Maksudnya adalah etika berada di tempat pertama sebelum filsafat dibangun. Bagi Levinas, semua pemikiran etika bersumber pada tanggung jawab yang dilakukan terus-menerus, tanpa syarat, dan tak terbatas kepada (dan untuk) other.

Tanggung jawab ini bukanlah pilihan tapi suatu keharusan, juga bukan sesuatu yang kita peroleh melalui sosialisasi atau melalui keputusan sadar untuk menjalani kehidupan moral. Dengan demikian tanggung jawab ini bukanlah keputusan kita, tetapi suatu keputusan yang dibuat untuk kita oleh fakta yang tak terhindarkan tentang hubungan kita terhadap other.

Hubungan dengan other ini sepenuhnya tidak kita ketahui. Menurut Levinas, kita bertanggung jawab pada mereka yang kita tidak tahu, pada mereka yang tidak terkait apapun dengan kita, baik dalam hal keluarga, komunal, atau kesetiaan nasional. Sederhananya, kita tanpa syarat bertanggung jawab atas kehidupan Other, dan ini adalah perintah hidup yang disajikan dunia pada kita.

David Campbell (1998), profesor budaya dan geografi politik dari Durham University, menilai bahwa setiap permasalahan politik itu hanya dapat diselesaikan dengan etika. Menulis tentang Perang di Bosnia, Campbell terpikat dengan konsep tanggung jawab etik Levinasian. Menurut Campbell komunitas internasional memiliki tanggug jawab etik untuk melakukan intervensi politik (militer) demi mencegah terjadinya pembersihan etnis di Bosnia karena hal itu jelas tidak dapat diterima dari sudut pandang kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Dalam spirit yang sama dengan Campbell, Roaxanne Lynn Doty juga ikut menyinggung pentingnya tanggung jawab etik levinasian dalam artikelnya, “Fronteras Compasivas and the Ethics of Unconditional Hospitality” di jurnal Millenium (2006). Artikel tersebut menyoal kaum imigran Amerika Latin dalam melintasi padang pasir di Barat Daya Amerika Serikat yang penuh dengan risiko kematian. Di sini Doty mengamati kiprah organisasi Fronteras Compasivas (FC) yang mendirikan pos-pos air demi tujuan kemanusiaan. Doty menilai penempatan pos-pos air oleh FC di sekitar wilayah gurun merupakan bentuk tanggung jawab etik terhadap kaum imigran yang melintasi kawasan tersebut. Aksi pemberian air itu, kata Doty, merupakan bentuk aplikasi dari radikalisasi teoretik ke praktik politik yang radikal.

Meski dalam kasus yang berbeda, Campbel dan Doty telah menunjukkan pada kita pentingnya mengimplementasikan etika levinasian dalam politik. Tujuanya adalah untuk kemanusiaan: menyelamatkan manusia dari kesulitan atau dari kematian.

Kasus Libya

Di awali dengan terpaan angin revolusi di kawasan Timur Tengah seperti di Tunisia dan Mesir, Libya pun ikut merasakan hembusannya.

Setelah 41 tahun rakyat Libya hidup dalam ketidakbebasan rezim diktator Khadafi, kini saatnya perubahan diperjuangkan. Unjuk rasa besar-besaran pun dilakukan rakyat Libya di kota Benghazi pada Februari lalu. Karena takut efek unjuk rasa ini semakin meluas ke kota-kota Libya lainnya, Khadafi pun memutuskan untuk membubarkan paksa para pengunjuk rasa dengan tindakan-tindakan militer. Hanya dalam tempo dua minggu saja diperkirakan 2.000 nyawa rakyat Libya melayang akibat aksi brutal Khadafi tersebut.

Sentak saja, masyarakat internasional mengecam aksi brutal yang telah di pertontonkan oleh Khadafi. AS dan para sekutu misalnya, telah membekukan aset milik diktator Khadafi senilai lebih dari 33 milyar dolar AS. Dan di bawah payung Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sanksi-sanksi atas Khadafi terus diperluas dengan melakukan embargo senjata.

Tapi sanksi ini tidak juga menyurutkan Khadafi menghentikan aksi brutalnya pada rakyat Libya. Bahkan Khadafi terus meggunakan pasukannya untuk menumpas seluruh gerakan anti pemerintah. Atas alasan inilah akhirnya Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk mengeluarkan resolusi nomor 1973, yang isinya memberlakukan zona larangan terbang di seluruh wilayah Libya.Dengan bermodalkan Resolusi DK PBB 1973, AS dan para sekutunya memutuskan untuk melakukan serangan udara terhadap pasukan militer Khadafi.

Seperti apa yang diutarakan oleh Presiden Barack Obama dalam pidatonya di hadapan publik AS pada Senin, 28 Maret 2011 di National Defence University , Washington, ”... Dengan adanya tindakan-tindakan brutal dan represif tersebut serta mulai munculnya sebuah krisis kemanusiaan, saya memerintahkan pengiriman kapal-kapal perang ke Laut Mediterania. Para sekutu Eropa juga menyatakan kesediaan mereka untuk menggunakan sumber-sumber daya mereka demi menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi. Kelompok Oposisi Libya dan Liga Arab meminta masyarakat dunia untuk menyelamatkan rakyat Libya. Lewat perintah dari saya, Amerika memimpin sebuah usaha bersama dengan para sekutu kita di Dewan Keamanan PBB untuk menghasilkan sebuah Resolusi bersejarah yang memberlakukan sebuah Zona Larangan Terbang demi menghentikan serangan-serangan udara Rezim Khadafy, serta untuk mensahkan berbagai tindakan yang diperlukan demi melindungi rakyat Libya Sembilan hari yang lalu, setelah berkonsultasi dengan pimpinan kedua partai di Kongres, saya mengotorisasikan sebuah aksi militer untuk menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi dan untuk mengimplementasikan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973. Kami menyerang pasukan-pasukan Rezim Khadafi yang bergerak mendekati Benghazi untuk melindungi kota tersebut dan menyelamatkan penduduknya...”.

Pidato Obama itu menyiratkan sebuah  pesan tentang tanggung jawab etik yang harus dipikulnya, bahwa tindakan militer yang dilakukan AS dan para sekutunya semata ditujukan untuk menyelamatkan rakyat Libya dari aksi brutal rezim Khadafi.

Saya sebagai orang yang mengamati dari luar, menilai langkah Obama dan para sekutunya tersebut adalah tepat jika tidak melangkah lebih jauh dari sekedar untuk menyelamatkan rakyat Libya. Persoalannya adalah kita tidak pernah tahu apa motif/tujuan AS beserta para sekutunya melakukan intervensi militer di Libya. Ada yang menuding tindakan AS dan para sekutunya adalah upaya untuk merampok minyak dari Libya dan bukan untuk menyelamatkan rakyat Libya.

Tapi kita semua tentu berharap, AS dan para sekutunya tulus memikul tanggung jawab etik ini, dan semua pergolakan akan berakhir untuk kemenangan seluruh rakyat Libya. Semoga saja!

Asrudin
Analis Media Sosial di LSI Network

0 komentar:

Post a Comment