Saturday, April 2, 2011

Tradisi Nyadran, Perkawinan Tiga Budaya


Warga Demak Jawa Tengah Minggu pagi menggelar tradisi Nyadran atau berziarah ke makam raja-raja Demak Bintoro. Tradisi Nyadran Ini sekaligus sebagai bentuk kerukunan dan akulturasi budaya Islam, Hindu dan Tiong Hoa. Pasalnya, Sultan Fattah merupakan Raja Demak pertama berdarah China

Dengan mengenakan pakaian adat Jawa lengkap, ratusan warga yang dipimpin bupati atau kepala daerah berjalan beringinan. Rute dimulai dari Pendopo Kabupaten Menuju Masjid Agung  Yang menjadi kompleks pemakaman raja-raja Demak. Selain diiringi musik rebana dan bacaan sholawat, selama perjalanan  mereka diiringi pertunjukan Leong Sai  Yang merupakan kebudayaan asal Tiong Hoa.

Setibanya di Masjid Agung Demak, mereka langsung menuju lokasi makam dan membacakan tahlil yang dipimpin imam masjid. Usai berdoa, dilanjutkan tabur bunga yang dimulai dari Sultan Fattah, raja Demak pertama, Adipati Unus, raja Demak kedua, Sultan Trenggono, raja Demak ketiga dan beberapa makam kerabat raja Lainnya.

Tradisi Nyadran Raja Demak merupakan ritual tahunan yang selalu diselenggarakan untuk memperingati Sultan Fattah saat dinobatkan menjadi Raja Demak 508 Tahun Lalu.

Usai ke makam para raja Demak, ziarah dilanjutkan ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota walisongo yang menjadi penasehat raja.

Meski hingga saat ini letak bekas Keraton Demak masih menjadi misteri, namun nilai-nilai budaya peninggalannya dlestarikan. Bayaknya perpecahan dan permusuhan saat ini mestinya berkaca pada masa lalu dimana telah tercipta perkawinan budaya antaretnis yang justru menjadi perekat kerukunan.

0 komentar:

Post a Comment