Saturday, April 2, 2011

Mereguk Kesejukan di Sipiso-piso


Udara sejuk dan pemandangan hijau selalu menjadi idaman warga kota, apalagi jika ditambah suara ritmis air terjun dan kicau burung. Itulah yang tersaji pada obyek wisata Air Terjun Sipiso-piso di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Obyek wisata ini merupakan andalan Kabupaten Karo selain Bukit Gundaling dan wisata perkebunan.
Nama Sipiso-piso konon berasal dari kata piso atau pisau. Warga sekitar melihat bentuk air terjun yang menghujam itu mirip dengan sebilah pisau. Saat mandi di dasar air terjun dan merasakan guyuran air serasa seperti dihujani ribuan pisau. ”Begitu cerita yang beredar di masyarakat,” kata Pasriyanto Sembiring (37), warga setempat.
Versi lain, nama Sipiso-piso melekat pada air terjun itu karena lokasinya hanya selemparan batu dari Bukit Sipiso-piso.
Air terjun Sipiso-piso berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Air terjun ini jatuh dari tebing setinggi 120 meter menuju lembah yang dikelilingi perbukitan dan pohon pinus.


Airnya langsung mengalir ke Danau Toba, Desa Tongging yang hanya berjarak 2 kilometer. Itu sebabnya, selain menikmati air terjun, Anda bisa langsung melihat lanskap danau vulkanik terbesar di dunia itu.
Bila ingin sekadar menyaksikan keindahan Air Terjun Sipiso-piso, Anda bisa menikmati panoramanya dari bibir tebing. Tentu sensasinya kurang mantap dibandingkan langsung turun ke dasar tebing dan merasakan sejuknya air terjun. Untuk mencapai dasar tebing, Anda bisa menuruni bukit melalui jalan setapak berjarak 1 kilometer. Sekitar setengah perjalanan ada pos untuk beristirahat.
Butuh waktu satu jam untuk menuruni jalan itu dan satu setengah jam untuk kembali naik. Segala rasa capai dan lelah terbayar begitu sampai di dasar air terjun yang begitu menyegarkan. Coba duduk sejenak, dengarkan suara air yang membentur dasar tebing, serasa butiran bening itu menerpa wajah. Sejuk tak terkira!
Ajaklah satu atau dua orang teman saat turun, sekadar jaga-jaga apabila terjadi sesuatu. Hati-hati menuruni jalan ini karena semua besi pagar pembatas jalan hilang akibat ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Stamina menjadi perhatian penting saat turun ke dasar air terjun. ”Kalau tidak biasa jalan jauh, sebaiknya jangan turun deh. Bisa jadi enggak bisa balik karena naiknya butuh tenaga lebih besar,” ujar Dimas Sitepu (31), pengunjung, saat beristirahat di pos sambil mengelap keringat. Dia harus beristirahat sekitar setengah jam sebelum kembali menaiki jalan setapak.
Saat itu Dimas, yang warga Kota Medan itu, datang bersama delapan anggota keluarganya. Sebagian memilih menikmati air terjun dari bibir tebing karena merasa tak cukup tenaga untuk menuruni punggung bukit.
Itu sudah cukup bagi mereka untuk menghilangkan penat. Hijau dedaunan, suara angin dipadu suara air terjun, serta hijau punggung perbukitan mampu menenangkan batin.
”Kalau di rumah lagi suntuk dan pekerjaan bikin pusing, saya sering ke sini,” kata Titus Tarigan (50), warga Berastagi yang sudah enam kali datang ke Sipiso-piso.
Setelah menikmati kesejukan Sipiso-piso dan tak lupa foto-foto, pengunjung berangsur-angsur berkurang. Menjelang senja, pengunjung memang sudah menarik diri.
Ingin berlama-lama di Sipiso-piso? Anda bisa bermalam di Desa Tongging, persis di bibir Danau Toba. Dari Sipiso-piso, Anda harus menuruni jalan berliku sepanjang 4 kilometer. Tenang, di sepanjang jalan ini mata Anda dimanjakan oleh keelokan panorama perbukitan dan lembah yang ditumbuhi pinus. Dari jauh kelihatan barisan pohon pinus tumbuh di punggung bukit.
Sesampai di Desa Tongging, pilihlah tempat menginap sesuai kebutuhan dan uang di kantong. Harga sewa Rp 100.000-Rp 500.000 per malam.
Tongging juga menjadi pelengkap wisata alam karena di sini Anda bisa menikmati pantai Danau Toba atau sekalian menyewa kail untuk memancing. Bila kulit Anda sensitif, sebaiknya hati-hati karena di tepian danau ini terdapat ratusan kerambah ikan yang residu pakannya sudah mencemari air danau. Bisa jadi kulit Anda terserang gatal-gatal tatkala main di danau.
Sekiranya penginapan di Tongging kurang sesuai selera, meluncurlah ke Berastagi untuk mencari hotel berbintang. Jarak Tongging ke Berastagi hanya 25 kilometer.
Ada beberapa jalan akses untuk mencapai Sipiso-piso, antara lain dari Medan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum dengan tarif Rp 30.000 sampai Rp 35.000. Butuh waktu tempuh sekitar dua setengah jam perjalanan lewat Berastagi-Kabanjahe-Merek.
Bisa juga mengambil jalan dari Medan-Lubuk Pakam-Kota Siantar dengan jarak tempuh sekitar lima jam. Sebagian besar pengunjung memilih jalur pertama karena lebih mudah dan singkat. Sebaiknya membawa kendaraan pribadi bila ingin lebih leluasa menikmati suasana.
Pengunjung perdana perlu memerhatikan kondisi jalan, terutama yang memilih jalur Berastagi. Kondisi jalan dari Pancur Batu hingga Sipiso-piso banyak berlubang, khususnya Jalan Tiga Panah. Di jalan ini tersebar puluhan lubang menganga sedalam 40-50 sentimeter dengan diameter sampai 4 meter. Bila hujan turun, jalan berubah menjadi kubangan air.
Jalan nasional ini sudah bertahun-tahun rusak, tetapi tidak ada perbaikan berarti dari pemerintah.
”Kami sudah berkali-kali menyampaikan ke pemerintah pusat dan Provinsi Sumut, tetapi ya tetap begitu. Banyak wisatawan yang kapok datang ke Karo lantaran jalan rusak itu,” kata Dinasti Sitepu, Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Karo.
Kondisi infrastruktur Sipiso-piso tidak begitu bagus. Jalan tidak mulus dan sampah berserakan di mana-mana. Hal ini menunjukkan kesan tidak adanya perawatan berarti. Padahal, pendapatan asli daerah dari Sipiso-piso mencapai Rp 150 juta per tahun dari sekitar 150.000 pengunjung per tahun.
Dinasti memaparkan, sudah dua tahun ini tidak ada anggaran perawatan untuk Sipiso-piso. Alasannya, Dana Alokasi Umum Kabupaten Karo yang mencapai Rp 426 juta per tahun habis untuk gaji pegawai sebanyak 92 persen dan sisanya untuk pemeliharaan jalan kabupaten.
Di berbagai daerah, obyek wisata alam seperti Air Terjun Sipiso-piso ini ibarat angsa bertelur emas. Pemerintah senang menikmati telurnya, tetapi tidak pernah merawat angsanya. Mungkin aparat terkait lupa bahwa angsa bisa rutin bertelur jika gizinya memadai dan dirawat baik-baik.

0 komentar:

Post a Comment