Friday, April 15, 2011

Ke Pulau Kelor Lihat Benteng Martello


Pagi hari di Muara Kamal, Jakarta, sampan-sampan tradisional merapat berjejeran dengan rapi. Mereka bersiap membawa rombongan peserta wisata sejarah "Historical Island Adventure (HIS)" yang diadakan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI). Kepulauan Seribu, Jakarta, menyimpan kisah sejarah besar yang menjadi cikal bakal nasib masyarakat nusantara selama beratus tahun.
Pulau Kelor, Pulau Cipir, dan Pulau Onrust adalah pulau-pulau kesatuan yang disatukan oleh sejarah mulai dari masa awal kedatangan orang Belanda, masa kolonial Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa kemerdekaan. Para peserta HIS akan berpetualang menelusuri pulau-pulau tersebut. Selain ketiga pulau tersebut, Pulau Bidadari dan Pulau Edam pun kental akan sejarah kolonial Belanda.
Pulau pertama yang disambangi adalah Pulau Kelor. Apakah Anda pernah melihat foto benteng di tengah pulau yang disebut-sebut sebagai Pulau Onrust? Nyatanya, benteng tersebut berada di Pulau Kelor. Benteng Martello tersebut berdiri gagah menatap laut dari berbagai sisi. Ada tiga benteng Martello di Kepulauan Seribu yaitu di Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Bidadari. Namun, benteng Martello di Pulau Kelor yang masih benar-benar utuh. Bahkan di Pulau Onrust, Anda tidak akan bisa melihat benteng tersebut, hanya tersisa fondasinya saja.


Martello merupakan menara untuk tujuan militer berbentuk lingkaran yang biasanya dilengkapi dengan senjata yang bisa manuver 360 derajat untuk menembak musuh. Menurut Pendiri KHI Asep Kambali yang juga sering menjadi pemandu wisata sejarah menyebutkan bahwa Martello di Pulau Kelor seperti Martello yang ada di Inggris.
"Benteng ini anti meriam. Bata merah yang menyusun benteng ini lebih kuat daripada bahan bata yang ada sekarang. Ini batanya bahan lokal dari Tangerang. Sebenarnya Martello ini hanya bagian dalamnya. Aslinya benteng dari sana," kata Asep sambil menunjuk ke tepi pulau yang benar-benar langsung menyentuh laut. Lokasi yang ditunjuknya itu kini hanya berupa batu-batu pondasi. Asep menceritakan benteng tersebut hancur karena terjangan tsunami akibat letusan Gunung Krakatau di tahun 1883.
"Pulau ini pulau kuburan. Kalau gundukan-gundukan ini digali, banyak tengkorak di dalamnya," ujarnya.
Ia menuturkan banyak tahanan politik yang dihukum mati di Pulau Onrust atau di Pulau Cipir, lalu dikubur di Pulau Kelor. Pun pribumi yang jatuh sakit dan mati di Pulau Onrust dan di Pulau Kelor. Mereka berakhir di Pulau Kelor. Sama seperti namanya, pulau ini sangat kecil. Selebar daun kelor, begitu sebuah ungkapan berbunyi.
Beberapa beton pemecah ombak tampak terpancang di tepian. Pulau tersebut memang mengalami abrasi. Sehingga makin ke sini, Martello makin bersentuhan dengan laut. Sedihnya, separuh dari luas pulau ini hilang. Namun ada satu hal yang unik. Pulau tak berpenghuni tersebut ternyata didiami oleh kucing-kucing liar. Dari manakah kucing-kucing ini mendapat makanan? Asep berkata para pemancing yang biasa memancing di Pulau Kelor sering memberi ikan hasil tangkapan mereka.

0 komentar:

Post a Comment