Saturday, April 2, 2011

Firenze, Kota Tercantik di Italia...


Maqnifique..! Beautiful..! Indah...! Ibu kota bagi pecinta karya seni! Salah satu kota tercantik di dunia! Ucapan itu terlontar dari beberapa teman saya yang pernah mengunjungi Firenze dalam bahasa Italia dan Florence dalam bahasa Perancis.
Liburan ke Firenze, ibu kota Toscana yang kabarnya merupakan kota bersejarah dengan maha karya arsitektur bangunan, lukisan, pahatan dan keindahan alam yang disajikan kota di Italia ini, boleh dibilang terbersit secara dadakan di kepala saya dan suami, akibat batalnya perjalanan kami ke Spanyol karena suatu alasan.
Liburan ke Italia dengan keluarga, melihat bangunan bersejarah, apakah merupakan ide baik untuk anak-anak kami? Mengunjungi museum, menyelusuri jalanan berbatu dan menyibak lukisan-lukisan karya pelukis terkemuka, sempat membuat kami ragu untuk bisa dinikmati bersama anak-anak, apalagi si kecil baru akan berusia tiga tahun.
Eh oui! très bonne idée!! begitu orang Perancis menyebutnya. Yang berarti, ide baik. Mengapa?  karena kecantikan bangunan dan monumen bersejarah begitu indah hingga anak-anakpun terbuka matanya dan turut menikmatinya. Warna-warni kota yang begitu semarak, jembatan batu, sungai besar Arno yang melintasi kota, menara tinggi menjulang yang dinaiki oleh kami sebanyak 500 tangga, merupakan pengalaman mengasikan bagi mereka.


Kesimpulannya, keraguan kami langsung sirna! Bazile yang baru akan berusia tiga tahun saja, selama liburan kami tak berhenti menunjukkan sesuatu. Entah itu bangunan yang dianggapnya aneh, besar bagaikan rumah raksasa (menurutnya) hingga dekorasi dari suatu bangunan yang penuh dengan lukisan, pahatan, mozaik hingga emas membuat mulutnya tak berhenti mengoceh.
Memang keuntungan dari berlibur di Firenze ini adalah, dalam kota dipenuhi oleh tempat-tempat bersejarah. Di setiap sudut kota, rasanya pemandangan cantik akan selalu memikat mata. Dan yang terpenting, kita bagaikan dikelilingi oleh sejarah... kemanapun kaki melangkah, akan berhadapan dengan karya seni. Berwisata di Firenze berarti berputar dalam kota itu sendiri tanpa harus meninggalkannya.
Namun jangan salah perkiraan, tidak berarti peninggalan sejarah terdapat di dalam kota maka cukup satu hari saja untuk menyibaknya. Dibutuhkan hingga tiga dan empat malam paling tidak untuk dapat menguak setengah dari isi kota. Itupun tak cukup sebenarnya namun paling tidak beberapa tempat penting bisa terkunjungi.
Memang  di Firenze ini, terlalu banyak bangunan bersejarah yang patut dikunjungi. Dan yang jadi masalah, untuk mengunjungi suatu tempat paling tidak harus memakan waktu dari satu hingga tiga jam. Itupun kalau sedang beruntung dalam arti, antrian turis untuk masuk dalam suatu tempat masih dalam kadar wajar. Firenze kota yang padat turis!
Kami berlibur ke sana, sengaja memilih di bulan Maret, berharap wisatawan yang datang belum terlalu ramai dibandingkan liburan di musim semi apalagi panas. Wahhh, salah perkiraan, karena ternyata di musim dingin yang membeku pun antrean turis dimana-mana. Sepanjang jalan kota, boleh dibilang bahasa yang terdengar dari segala penjuru dunia. Apalagi kebanyakan turis yang datang berupa rombongan, ya sudahlah....kota Firenze mungkin tepatnya bagaikan Disneyland orang dewasa...
Tips kunjungan ke Firenze
Sebelum saya bercerita soal Firenze secara sejarahnya, sedikit tips yang saya bisa berikan kepada pembaca Kompas.com. Usahakan membeli tiket kunjungan ke suatu museum melalui internet. Khususnya museum Uffizi yang sangat terkenal di dunia ini, mengapa? Karena antrean bisa memakan waktu satu hingga dua jam setiap kalinya, bahkan tante Kang Dadang alias David, sempat mengantre selama hampir empat jam untuk masuk ke dalam Museum Uffizi! Di site internet turis Firenze, kita dapat membeli beberapa tiket kunjungan ke tempat wisata sesuai dengan hari dan jam yang kita kehendaki. Sehingga tak perlu terlalu menunggu hingga berjam-jam.
Tips yang kedua yaitu, carilah tempat penginapan di dalam kota. Karena di Firenze begitu banyak tempat wisata yang harus dikunjungi, dengan bermalam di dalam kota, menghemat waktu dalam perjalanan. Penginapan di Firenze tidak terlalu mahal, saran saya pilihlah apartemen khususnya bagi yang berkeluarga. Kami menyewa apartemen untuk empat malam dan untuk empat orang, sebuah apartemen seluas 100 meter dengan taman kecil.
Harganya sangat menarik, saat itu kami membayar satu apartemen lebih murah dibandingkan harus menyewa dua kamar di hotel. Karena sebagian hotel tak mau menerima dua anak dalam satu kamar. Dan kami tak mau membiarkan kedua anak kami berpisah kamar, karena mereka masih dibawah umur.
Beruntung sekali, kami tak salah memilih karena apartemen yang kami sewa itu, dekorasi yang ditawarkan membuat kami serasa keturunan aristrokrat...! Jangan membayangkan apartemen bagaikan di Jakarta yang hanya dinding dan kaca, namun apartemen yang ditawarkan di Eropa rata-rata memiliki keistimewaan tersendiri, misalnya bangunan kuno dari abad ke 18 dan 19.
Keuntungan lainnya memilih apartemen bagi keluarga adalah malam hari tentu saja anak-anak sudah letih berjalan seharian. Dan bagi mereka tentunya makan secara santai merupakan hal yang baik. Di apartemen, dapur selalu disediakan lengkap dengan peralatannya. Kita hanya tinggal butuh membeli keperluan makanan saja untuk dimasak. Dan sarapan pagi secara rileks dimana anak-anak masih berpiyama juga membuat mereka merasa nyaman. Karena kami pun yang dewasa merasakan nyaman apalagi anak-anak, yang tak perlu dikejar-kejar waktu agar cepat berpakaian untuk turun ke restoran hotel untuk sarapan.
Dan tentunya kenyamanan yang tak bisa didapatkan di hotel dalam apartemen yaitu, kami selama berlibur bagaikan di rumah sendiri saat bangun tidur dan pulang dari perjalanan. Anak-anak bisa berlari-lari dan saya bisa menyajikan masakan bagi kami sekeluarga sesuai lidah kami yang campur aduk antara Asia dan Eropa.
Bagi yang berlibur dengan kendaraan, mengendarai mobil dalam kota diluar penduduk Firenze dilarang. Namun jangan cemas, tempat parkir publik di pintu masuk kota banyak ditawarkan, sayangnya harganya relatif mahal, kami membayar 55 euros untuk empat malam. Bagi yang datang dengan pesawat, taksi pun tergolong tak murah dari bandara hingga kota Firenze.
Tips yang terakhir yaitu, hati-hati dalam memilih restoran dan kafe. Firenze adalah kota turis, maka tak heran bila banyak rumah makan hingga tempat minuman yang tak memasang harga, namun saat kita membayar bisa dibikin kesal! Karena sistim restoran di Italia yaitu kebanyakan servis belum termasuk dalam harga makanan, dan ada istilah penyewaan peralatan makan!
Heran? Ya begitulah. Ada biaya tambahan, berupa penyewaan garpu, pisau, piring, gelas, sendok dalam nota pembayaran.  Untungnya ada beberapa restoran yang dengan jelas menuliskan di papan luar rumah makannya, jika servis dan penyewaan sudah masuk dalam harga makanan. Karena ada yang tak menuliskannya lalu tiba-tiba.... uang yang dikeluarkan jadi sangat mahal! Istilahnya, karena merupakan kota wisata terkenal maka banyak komersial yang mengambil kesempatan.
Dan itulah yang terjadi pada kami di hari pertama liburan kami. Bukan masalah penyewaan karena kami sudah tahu tapi servis yang diminta hampir setengah dari harga makanan yang kami pesan. Saat itu memang kami tak terlalu perhatian, karena anak-anak sudah ribut kelaparan dan kami belum mengenal seluk beluk kota.
Dan saat kami beristirahat disebuah kafe, harga minuman kental dan pahit yang masuk kerongkorang saya itu empat kali lipat dari harga kopi di kota saya Montpellier, di Perancis. Bahkan di Paris pun, harga kafe yang saya bayar tak semahal itu. Untungnya, saya yang maniak kafe ini masih bisa tersenyum, karena minuman di kafe italia bagi saya adalah minuman terenak yang pernah saya minum! Kental, pahit dan nikmat......
Buminya Médicis
Mengapa saya menuliskan jika Firenze merupakan tanahnya Médicis? Karena sejak tahun 1434 hingga 1737 kota Firenze dipimpin oleh keturunan Médicis. Keluarga Médicis rupanya pecinta karya seni, mereka hidup dalam keindahan dan kekagumannya akan seni. Sejumlah karya seni terkemuka, dibeli oleh Médicis secara turun menurun, dan seniman dari berbagai penjuru dunia didatangi untuk membuat pahatan, menggoreskan kanvasnya, mendirikan bangunan dengan keindahan arsitektur memukau.
Kenyataan jika keluarga Médicis merupakan bankir, dimasa kepimpinannya, membuat Firenze terkenal sebagai pusat perdagangan dan finansial Eropa pada jaman pertengahan. Firenze  dianggap juga sebagai tempat lahir Renaisans Italia. Keturunan Médicis yang memiliki kekayaan akan karya seni inilah yang membawa kota Firenze begitu tersohor memiliki koleksi seni dari para seniman terkemuka di dunia. Bangunan megah, gereja indah dan juga menara tinggi yang membawa kita untuk dapat menikmati panorama seluruh kota Firenze, juga berkat keturunan Médicis yang selalu menjaganya.
Tujuan utama turis di Italia
Hari pertama kami berada di kota ini, rencana kami adalah berjalan santai. Melihat-lihat isi kota, bangunan tua, mengunjungi Gereja Santa Maria del Fiore dan tentunya menaiki menara Campanile Giotto, yang kabarnya memiliki 502 tangga.
Pukul 10 pagi kami sudah berada di alun-alun kota yang bernama piazza del Duomo. Dan alun-alun besar tersebut sudah padat oleh para turis! Sebagain besar turis yang kami lihat adalah dari Jepang dan mereka rata-rata masih muda. Salut juga saya melihatnya. Karena memang di mata bangsa Eropa saat ini, masyarakat Jepang memiliki ekonomi sangat baik dan mata uang mereka yang tinggi, membuat warganya dapat menikmati liburan ke luar negeri.
Tapi yang saya kagumi, justru kebanyakan dari masih muda, remaja Jepang ini mereka memilih berlibur ke negara-negara Eropa, yang dianggap kaya dengan sejarahnya. Dan saya melihat sendiri bagaimana mereka begitu menyimak dan mencatat pembicaraan dari guide mereka saat menerangkan sesuatu.
Bazile nyeletuk setiap kali matanya bertemu rombongan turis Jepang katanya, "Di sini banyak teman mamah..!" Sementara anak sulung kami, Adam, dengan polosnya dirinya berkata, "Orang Italia bahasanya macam-macam ya.." Karena memang kebanyakan orang asing yang kami temui di tempat wisata bukannya warga setempat tapi turis melulu.
Memasuki Gereja Santa Maria del Fiore, kami dikenakan biaya. Kaget juga saya, karena di Perancis,  gereja tak mengenal pungutan biaya. Dan biasanya jurnalis tak dikenakan bayaran, namun di tempat ini tak ada potongan harga atau kebijakan apa pun. Kami malas berdebat, bila memang begitu peraturannya ya sudahlah kata kami dalam hati. Mungkin karena memang gereja yang kami masuki ini merupakan peninggalan bersejarah penting, dan memang merupakan tempat wisata. Hanya untuk seterusnya memang sedikit menjengkelkan, karena hampir semua gereja memungut biaya masuk! Hanya gereja kecil saja gratis.
Gereja Santa Maria del Fiore, merupakan gereja keempat terbesar di Eropa. Dibangun secara bertahap, konstruksi awal dimulai pada tahun 1296 dan berakhir di tahun 1412. Bangunan tempat beribadah yang boleh dibilang lebih kearah bangunan wisata ini, memiliki lantai dan atap dengan mozaik dan lukisan cantik dan mempesona. Semua turis sibuk dengan alat foto dan kamera mereka. Mengabadikan setiap keindahan yang disajikan dalam bangunan tua itu.
Keluar dari gereja kami langsung menuju menara Campanile Giotto. Lagi-lagi kami dikenakan biaya, tak ada potongan harga atau kebijakan apa pun. Benar, menara yang dari atas dapat melihat keseluruhan kota Firenze memiliki tangga sekitar 500. Tangga dari batu, berputar dan sempit tak mudah untuk dinaiki. Apalagi saat kami naik, biasanya pengunjung yang turun membuat salah satu dari kami harus berhenti dan merapat ke tembok.
Si kecil Bazile digendong oleh ayahnya, tentu saja mana sanggup kedua kakinya menaiki 500 tangga! Saya, terengah-engah bagaikan kehabisan napas! Apalagi tas camera foto saya cukup berat, bikin saya tambah sulit menanjak. Kang Dadang, setiap kali kami berhenti untuk menarik napas, wajahnya terlihat merah, mungkin saking capeknya menggendok anak bungsunya. Dan setiap kali kami berhenti, Bazile langsung berkata, "Wuihhh cape deh aku naik tangga... banyak benar! Kapan habisnya sih pa?" Ayahnya yang bercucuran keringat cuma bisa mesem-mesem melihatnya.
Ratusan tangga yang membawa kami dan membuat kaki kami mengepul, terbayar begitu melihat panorama yang terhampar bagaikan sebuah karpet dengan lukisan sebuah kota. Kubah gereja yang terlihat begitu jauh dari mata saat kami berada di alun-alun, menjadi begitu dekat. Bangunan besar kecil, tinggi pendek tergelar dalam pandangan seperti miniatur.
Seperti biasa, Adam langsung bertanya, dimana apartemen kami menginap? Dan ayahnya yang jago soal peta dan tata kota langsung berpikir sejenak, dan jarinya menunjukkan dimana tepatnya. Saat itulah saya sadar, jika Kota Firenze terlihat begitu besar bagi saya, karena dari atas menara inilah, suami saya menunjukkan begitu banyak bangunan bersejarah yang layak dikunjungi. Dan hari itu saja kami baru bisa mendatangi dua tempat yang tertulis dalam buku wisata.
Olala....pantas saja, jika orang berkata, Firenze adalah jantung sejarah seni....semoga empat malam kami ini setidaknya bisa menyibak keindahannya.

2 komentar:

Draft Blogging said...

AKu sekarang tinggal diApartemen Jakarta tapi apa mungkin ya aku akan tinggal dikota yang indah itu,hehhehe mimpi kali yee..

karya anak desa said...

gak ada yg gak mungkin, kecuali takdir Yang Kuasa.
Semangat, pasti kamu bisa...hehehe
thanks yah atas kunjunganya...
sering2 mampir yah,,kita bs share ilmu bareng.

Post a Comment